Berkumpul, bermain, memanfaatkan barang bekas di taman. Mewujudkan imajinasi tentang sebuah kota.

Kardus-kardus dan kotak-kotak bekas makanan bisa ikut tampil dalam sebuah panggung taman hijau. Mereka memperkenalkan diri sebagai sebuah kota yang padat. Kota dalam taman.

Lalu bagaimana jika robot, monster, dan berbagai mainan ikut hadir? Entahlah.
Tapi yang pasti sebuah cerita dan peristiwa bisa terjadi.

Kegiatan ini bertolak dari ide yang sederhana. Errik Irwan Wibowo, seorang arsitek muda, saat sedang bercengkerama di Lapangan Puputan Renon melihat kardus-kardus dan kotak makanan yang mau dibuang. “Rasanya sayang betul. Lalu tiba-tiba saja muncul imajinasi seolah yang saya pandangi bukanlah dus-dus dan kotak-kotak tak berguna, tapi tumpukan bangunan,” kata Errik.

Errik mengatakan ada banyak benda terbuang lain yang masih bisa diberi kesempatan tampil di taman. Mereka didandani layaknya bangunan yang gemar bersolek. “Menarik juga kalau orang-orang tak dikenal, yang malu-malu tapi ikut terlibat mendandani dus-dus dan kotak itu,” kata Errik.

Kegiatan ini merupakan pengembangan dari apa yang terjadi pada Minggu (29/4) sore lalu di Lapangan Renon. Errik dan kawan-kawannya mengumpulkan sejumlah barang bekas dan semua orang diajak merespons barang-barang yang disajikan: tusuk sate, robot, piring kertas. Beberapa orang menggunakan cat air di atas lembaran kertas.

Semuanya terjadi tanpa penulis cerita dan sutradara. Entah apa skenarionya, tak jadi soal. Tanpa komando, orang merayakan ruang (dan waktu) terbuka. Merasakan jadi manusia yang manusiawi di kota. “Pasti sesuatu akan terjadi dan kita tinggal mengikuti,” kata Errik.

Errik dan kawan-kawan merencanakan aktivitas kedua, Minggu sore berikutnya di Lapangan Renon. Bagi partisipan diharapkan membawa bahan-bahan yang bisa digunakan untuk meramaikan suasana. “Bisa bawa dus-dus, boleh cat air, kertas lipat, alat musik, camilan, kamera, mainan, apa saja. Bagus juga kalau barang-barang tak terduga yang baru ditemukan di sekitar itu bisa ikut digunakan” kata ia.

Menurut Errik dalam kegiatan ini setiap orang akan merespons dengan caranya masing-masing. Mungkin akan ada yang bermusik, menari, bermain, atau membuat instalasi. “Silakan untuk menggambar atau menggunakan cat air di media kotak, lalu menata atau menempatkan. Ini seperti bermain dalam arsitektur atau susun massa,” kata Errik yang komik-komiknya sering menghiasi halaman akarumput.

Kota-kotaan dari kardus ini adalah sebuah peristiwa yang dibangun. “Harapannya akan ada orang-orang penasaran yang akhirnya kenalan, terlibat dan ikut berkreasi. Untuk yang sudah kenal bisa lebih akrab lagi. Selama proses itu bisa terjadi diskusi-diskusi menarik pula. Setidaknya ada hal aneh baru yang terjadi di lapangan itu. Kira-kira selesai ketika matahari menghilang,” kata Errik.

Sebuah ajakan yang menggoda. Mari rayakan kota dalam taman.
Waktu: Minggu, 6 Mei 2012 mulai pukul 15 WITA
Tempat: Lapangan Puputan Niti Mandala Renon. Berkumpul di Circle K depan Museum.
*Bawalah kardus bekas yang bisa diolah

Related Posts: