Sebagai warga urban, kesan apa-apa harus beli acap melekat. Bila peduli dengan makanan sehat, penghasilan bisa sebagian besar akan lari ke bagian ini. Daripada pusing meningkatkan pendapatan, coba pikirkan cara menghemat pengeluaran. Salah satunya adalah dengan membuat ‘kulkas hidup’ sendiri, alias membuat kebun sayuran dengan memanfaatkan halaman rumah: urban farming.

Apalagi jika rumahmu memiliki bagian halaman yang terbengkalai; daripada jadi tempat anjing buang kotoran lebih baik diisi sayuran. Daripada jadi sarang ular lebih baik isi tanaman menjalar. Daripada buang waktu lebih baik singsingkan lengan baju: Tanam makananmu sendiri! Angkat cangkulmu, kawan!

Berikut langkah-langkah sederhana untuk membuat kebun sayur di belakang rumahmu. Kalau sudah memulai, silakan kirim cerita dan foto berkebunmu ke Akarumput.com. Mungkin kamu bisa menemukan calon tambatan hati yang mencari seseorang dengan karakter mandiri, do-it-yourself, welas asih, gemah ripah loh jinawi, dan agak-agak bau tanah.


Siapkan lahan. Bisa memulai dengan bidang yang kecil dan perlahan melebar sesuai kebutuhan dan kenikmatanmu berkebun.


Gemburkan tanah dengan cangkul dan bersihkan dari bebatuan, sampah plastik, dan kondom bekas mungkin.


Tinggikan tanah menjadi beberapa bedeng. Bentuk sesukamu, boleh memanjang, kotak, elips, segi 5, bentuk bintang, spiral. Sisakan gang kecil di antara bedeng sebagai jalan di antara kebun, karena menginjak bedeng akan menjadikan tanah bedeng padat.


Bila diperlukan, tambahkan tanah subur yang telah dicampur pupuk kandang. Di Denpasar, tanah subur ini bisa dibeli di penjual tanaman hias dengan harga antara Rp250.000 – 300.000 per mobil pick up.  Tapi lebih baik lagi jika mencampur sendiri media tanam dengan pupuk kandang, karena tanah campuran di pasaran biasanya hanya mengandung sedikit kotoran sapi. Lihat, si Backer anjingku, ingin ikut menyumbangkan kotorannya ;)

Husss!! Backer !!! Stop following me !!


Menambah lapisan tanah subur ke atas bedeng-bedeng yang tersedia.

Sebaiknya tambahkan pula lapisan mulsa ke permukaan bedeng. Mulsa adalah lapisan bahan organik yang berfungsi sebagai pelindung tanah dari terik matahari dan menjadikan tanah tetap lembab, sekaligus menyediakan nutrisi tambahan bagi tanah. Mulsa bisa berupa sekam padi, jerami, serbuk gergaji, sekam kopi, dedaunan atau rumput kering.  Bila di rumah ada hewan peliharaan lain seperti Backer atau ayam, pagari kebun. Gunakan bahan-bahan yang murah dan mudah diperoleh. Tiang pagar dapat berupa stek tanaman legum seperti lamtoro, kelor, kayu santan, atau dapdap. Tanaman ini sekaligus berfungsi sebagai tanaman peneduh atau naungan dan daunnya dapat digunakan sebagai pangan. Tanaman legum (jenis kacang-kacangan) sangat berguna bagi kesuburan tanah, karena apabila dipangkas, bintilan nodules yang terdapat pada akar tanaman jenis ini bisa melepas zat nitrogen ke dalam tanah. Foto ini menggunakan kelor dan kayu santan sebagai tiang pagar, karena si empunya kebun doyan sayur daun kelor. Pagar juga bisa difungsikan sebagai tempat tanaman merambat.

Untuk mengirit lahan, vertikal gardening bisa diterapkan dengan membuat para-para atau pergola bagi tanaman merambat seperti labu, markisa, labu siam, dan kacang-kacangan. Di kebun ini para-para terbuat dari bambu yang rencananya akan ditempelkan pada tembok tetangga agar tanaman labunya merambat ke atas, bukannya melebar ke samping yang bisa memboroskan tempat.

Sambil menunggu lahan siap, koker-koker atau polybag sebagai wadah persemaian benih bisa dibuat. Sekali lagi, gunakan bahan-bahan yang ada di sekitarmu. Lebih bijak lagi bila menggunakan bahan-bahan sisa atau sampah yang bisa digunakan kembali seperti kaleng bekas minuman, kaleng sardin, botol air kemasan, kotak susu, kotak jus, ember rusak.

Wow, banyak sekali manfaat urban farming ya! Mmm dan tulisan ini sudah terlalu panjang. Jadi, kunjungi situs ini lagi untuk langkah berikutnyadan follow @BaliUrbanFarm di twitter.

Related Posts: