Saat ini cukup sulit menemukan populasi lebah Bali yang diternakkan untuk tujuan produksi madu. Padahal peternakan lebah madu adalah satu bentuk kontribusi positif dalam pelestarian ekosistem unik di pulau ini.

Menurut Chakra Widia, pendiri Yayasan Tri Hita Karana (THK), peternakan lebih madu membantu pertumbuhan sayuran, buah-buahan dan bunga. “Lebah adalah salah satu pollinator (penyerbuk) alam yang paling produktif dan membawa manfaat positif yang luar biasa, bahkan dapat meningkatkan tingkat panen banyak jenis benih dan buah,” kata Chakra. “Dan yang lebih baik lagi Anda mendapatkan madu.”

THK menerapkan prinsip-prinsip Permakultur untuk pendidikan, advokasi dan mendorong penerapan praktek yang lebih ramah lingkungan dan ekonomi berkelanjutan di Bali. Pada 24-25 Maret mendatang THK adalah menggelar pelatihan peternakan lebah madu di pusat pelatihan Yayasan THK di Pengosekan, Ubud. Tema pelatihan ini “BEE the change” disitir dari kutipan Gandhi “Be the change you want to see in the world”.

Menurut Chakra, peternakan lebih madu tidak bisa dilakukan iseng-iseng saja. “Anda perlu tanggung jawab untuk menerapkannya secara tepat, dan perlu pemahaman dasar tentang lebah, khususnya lebah liar yang ada di Bali,” kata Chakra.

Peserta pelatihan akan belajar dari I Gede Panca, salah satu ahli peternak lebah madu di Bali. Panca seumur hidupnya sudah terlibat dalam peternakan lebah madu. Dia bukan hanya ahli, tetapi juga berdedikasi sebagai advokat untuk populasi lebah liar Bali.

Panca juga menerima penghargaan sebagai peternak lebah madu terbaik di Indonesia tahun 1998. Panca telah mendirikan tiga organisasi lokal peternak lebah di Payangan, Tegalalang dan Petak. Organisasi ini bertemu dua kali setahun.

Materi pelatihan akan disampaikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan dirancang untuk orang yang baru belajar peternakan lebah dan mau memulai koloni lebah sendiri. Selama pelatihan, partisipan akan belajar tentang lebah asli Bali, dan tentang satu spesies lebih baru yang agresif dan berpotensi mengganggu biodiversitas lebah di pulau ini.

Partisipan juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai jenis bunga dan pengaruhnya pada rasa madu yang dihasilkan, lengkap dengan sesi mencicipi berbagai jenis madu.

Setiap partisipan akan membuat rumah lebah madu sederhana yang cocok dengan lebah madu Bali. Rumah lebah ini dapat dibawa pulang atau bisa disumbangkan ke Yayasan THK untuk digunakan dalam kebun percontohan Permakultur milik THK.

Kebanyakan waktu pelatihan akan diadakan di pusat pelatihan Yayasan THK – yang terbuat dari bambu dengan desain yang ringan dan sejuk. Juga akan ada kegiatan mengunjung pura tetangga yang dihuni lebah madu, sesuatu yang cukup umum terjadi di Bali.

Panca akan memperlihatkan cara menemukan ratu lebih madu dan memindahkan lebah dari pura tersebut ke dalam kotak rumah lebah.

Partisipan juga akan belajar teknik penempatan kotak lebah madu untuk memancing lebah datang, cara memindahkan lebah ke tempat sumber makanan baru, dan cara mengetahui dan mengatasi masalah predator lebah. Panca juga akan mengajarkan cara memanen madu dan jumlah madu yang bisa diambil dari koloni lebah untuk menjaga lebah tetap punya cukup makanan untuk mereka dan larva lebah. Panca juga akan mengajarkan pengobatan gigitan lebih untuk mengurangi risiko pembekuan darah.

Selama pelatihan, Panca akan didampingi oleh Tri Suda Pala, seorang ahli tanaman obat. Tri akan menyampaikan sifat obat dari madu dan pentingnya penyerbukan untuk tanaman obat. Peserta pelatihan bisa memesan lebah, madu, atau kotak rumah lebah dari Panca.

Chakra berharap pelatihan ini dapat menjadi batu loncatan untuk membantu memperluas pengetahuan mengenai peternakan lebah di Bali dan membentuk jaringan peternak lebah yang bisa turut menjaga populasi lebah Bali. “Kami berharap ini dapat berkembang menjadi organisasi untuk peternak lebah madu Bali yang akan bekerja sama dengan peternak lebah lokal untuk memastikan bahwa koloni lebah asli Bali dapat tetap berkembang,” kata Chakra.

Steve Black, peternak lebah asal Isle of Man (di antara Inggris dan Irlandia) yang sedang berkunjung di Bali, mengatakan dukungan bagi peternak lebah baru sangat penting. Ia menganjurkan pembentukan kelompok peternak lebah yang terus-menerus bertemu untuk saling belajar.

“Seseorang tidak bisa mempejari semuanya tentang peternakan lebih dalam satu pelatihan selama dua hari,” kata Steve. “Saat sesuatu terjadi dengan lebah Anda, penting untuk memiliki jaringan orang lain yang lebih berpengalaman dan bisa membagi pengetahuan.”

Pendaftaran peserta akan ditutup tanggal 19 Maret. Untuk mendaftar lewat email ke thkbalicommunications@gmail.com atau menghubungi 087861463406 atau 081338794571 (Chakra).

Partisipan dianjurkan membawa makan siang sendiri, atau membayar Rp. 15.000 untuk makan siang. Partisipan sebaiknya mengenakan topi, sunscreen, dan jika alergi terhadap gigitan lebah harus membawa EpiPen.

Related Posts: