Di dasar laut pesisir Bali Utara ada dewi jelita yang duduk dalam damai di taman hijau dan biru. Ikan dan tumbuhan laut berlindung mengelilinginya, dan secara pelan, dengan bantuan Dewi ini, terumbu karang yang telah hilang dari ekosistem tersebut kini menikmati proses bangkit kembali sebagai elemen yang vital kehidupan bawah laut.
Akibat pengaruh krisis ekonomi dan ancaman kemiskinan telah memaksa masyarakat nelayan Pemuteran untuk menghancurkan terumbu karang di wilayah Barat-laut Bali. Nelayan menggunakan dinamit dan racun sianida untuk menangkap ikan yang akan dijual. Mereka melakukan praktik destruktif ini tanpa pengetahuan resikonya dapat menghancurkan dan membahayakan terumbu karang. Industri nelayan kecil ini bersaing dengan nelayan dari Jawa, pulau tetangga.
Saat suhu laut meningkat akibat pengaruh perubahan iklim, termasuk pengaruh El Nino tahun 1998, terumbu karang yang kritis menjadi semakin hancur dan mati. Lima belas tahun yang lalu kehidupan laut di daerah ini hampir punah, dan seluruh pesisir Utara terancam kepunahan terumbu karang.
Demi masa depan keanekaragaman hayati dan eksplorasi ilmiah, Yayasan Karang Lestari menjalankan Proyek Terumbu Karang Buatan untuk melestarikan lingkungan bawah laut di Pemuteran. Proyek Karang Lestari dimulai bulan Juni 2000 melalui inisiatif dari Yos Amerta, Dr. Tomas Goreau dan Profesor Hilbertz. Struktur terumbu karang pertama dipasang tahun 2000, dan sejak itu, proyek ini telah memperoleh dukungan dari pemilik Taman Sari Resort. Sekarang proyek ini semakin mekar, berkat dukungan dari tim penyelam, desainer, dan masyarakat setempat.
Pelestarian terumbu karang menggunakan proses Biorock, yang memungkinkan terumbu karang bertahan hidup dan pulih dari kerusakannya. Aliran listrik disalurkan melalui rangka besi, yang mendorong pengumpulan batu kapur. Batu kapur berperan mendorong pertumbuhan terumbu karang.
Terumbu karang yang dibangun menggunakan proses Biorock, kini telah tumbuh dengan sukses di wilayah negara Maladewa dan Papua Nugini. Yayasan Karang Lestari bersama The Marine Foundation menjalankan proyek terbaru bernama Dewi Terumbu Karang, atau Coral Goddess. Proyek ini memanfaatkan panel solar sebagai sumber energi yang diperlukan untuk menghidupi struktur yang mendorong pertumbuhan terumbu karang.
Dengan adanya program ini mendorong jumlah kunjungan wisatawan yang ingin melihat Dewi Terumbu Karang dan taman yang mengelilinginya. Kontribusi positif dari pertumbuhan terumbu karang di daerah ini membuka potensi eko-wisata dan wisata pendidikan.
Baru-baru ini, 30 siswa Bali International School mengunjungi Dewi Karang dan Pusat Pendidikan Bio Rock (Bio Rock Education Centre) dan bertemu dengan Rani, Celia dan Komang, koordinator proyek tersebut. Para siswa dikenalkan prinsip dasar lingkungan bawah laut, sekalian menikmati keindahan laut. Beberapa murid memilih untuk berenang dan snorkeling mengunjungi sang Dewi, murid lainnya menumpang di kapal berlantai kaca tembus pandang. Pariwisata seperti ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Pemuteran, yang juga bisa berbangga dengan kontribusi mereka terhadap Proyek Karang Lestari.
Taman Sari, The Marine Foundation dan Karang Lestari melayani diskusi pendidikan dan presentasi multi-media tentang kegiatan mereka. Selain itu, mereka juga dapat menciptakan struktur terumbu karang pesanan pribadi atau kelompok untuk mendorong pertumbuhan terumbu karang yang lebih banyak.
Dengan meningkatkan pertumbuhan terumbu karang kehidupan di bawah laut mulai kembali menjadi seimbang. Masyarakat Desa Pemuteran kini lebih memiliki apresiasi mendalam mengenai lingkungan hidup dan semangat untuk melestarikannya untuk mereka dan generasi mendatang. Mereka juga bisa memanen hasil laut dengan cara yang berkelanjutan.
Pingback: Being a responsible traveler |