Dari Bali, Navicula menyuarakan keprihatinan tentang orangutan. Hewan langka ini bisa menjadi legenda karena dianggap musuh perkebunan sawit serakah.
Band grunge psychedelic Navicula tidak berhenti mengangkat tema lingkungan. Kebanyakan lagu di album ke-6 Navicula Salto didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. “Over Konsumsi” ingin mengetuk konsumen yang harusnya ikut bertanggung jawab atas krisis lingkungan global. Lagu “Pantai Mimpi” ditulis sebagai bentuk perlawanan terhadap privatisasi dan hancurnya pantai-pantai di Bali, terutama untuk memboikot pengembangan Pantai Dreamland di daerah Bukit, Jimbaran.
“Metropolutan” yang dirilis sebagai single tahun 2010 mengkritik degradasi lingkungan di Indonesia dan krisis polusi di Jakarta. Lagu ini kerap menjadi anthem pada penampilan Navicula di atas panggung. Akhir tahun ini, Navicula kembali menggebrak dengan merilis single “Orangutan”.
“Orangutan” salah satu materi untuk album ke-7 Navicula yang dikerjakan sejak pertengahan tahun ini dan dirilis tahun 2012.
Banyak topik satwa muncul di lagu-lagu baru Navicula. Selain “Orangutan” ada “Harimau! Harimau!” Lagu “Orangutan” bercerita tentang anak orangutan yang ditangkap dan dibawa ke kota setelah orangtuanya dibunuh. Orangutan muda ini murka pada lingkungan barunya dan ingin kembali ke rimba. Dia mengamuk di kota. “Orangutan adalah satu dari sekian banyak fauna yang terancam akibat alih fungsi hutan di Indonesia. Orangutan akan jadi legenda,” kata vokalis Navicula, Gede Roby Supriyanto.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya; rumah untuk lebih dari 12 persen spesies flora dan fauna di bumi. Namun, akibat hilangnya habitat dan perburuan, beberapa satwa Indonesia telah punah, termasuk Harimau Jawa dan Bali. Ahli lingkungan sudah memprediksi tidak lama lagi badak Jawa, harimau Sumatra, dan orangutan Sumatra akan ikut punah.
Tahun 2008, jumlah orangutan Sumatra tinggal 6.600, turun dari angka 7.300 tahun 2004. Menurut Sumatran Orangutan Society, turunnya jumlah orangutan di Borneo dan Sumatra dalam tahun-tahun terakhir menjadi simbol hancurnya keanekaragaman hayati di salah satu tempat terkaya di dunia – hutan di Asia Tenggara”.
Penurunan jumlah orangutan yang drastis berkaitan langsung dengan hilangnya habitat mereka akibat penebangan hutan dan alhi fungsi hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Dalam dekade terkahir lebih dari 9 persen hutan Kalimantan dan Sumatra telah hilang.
Erik Meijaard, ekolog yang bekerja di Indonesia sejak tahun 1993, memperingatkan bahwa perburuan yang sering tidak dapat pengawasan dari pihak konservasi maupun pemerintah, adalah salah satu penyebab utama spesies satwa Indonesia menjadi langka. Populasi orangutan terancam akibat perdagangan satwa ilegal dan konflik antara manusia dan orangutan, dua masalah yang diangkat oleh Navicula dalam lirik “Orangutan”.
“Tidak banyak band lokal yang benar-benar menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan hidup, tapi Navicula merupakan band yang aktif dengan isu-isu lingkungan hidup. Termasuk tentang orangutan sebagai hewan yang nyaris punah kalau kita tidak mencegahnya. Lagu ini juga menyuarakan kemarahan terhadap keadaan orangutan sekarang yang kian menyedihkan: dibunuh manusia, sebuah genosida,” komentar Arian13 vokalis band Seringai, setelah mendengar “Orangutan”. Arian13 juga aktif dalam advokasi konservasi orangutan lewat twitter.
Robi berharap lagu ini dapat meningkatkan kesadaran orang tentang ancaman terhadap salah satu spesies unik di Indonesia. “Harapan kami adalah perbaikan kebijakan, kuasa, dan kontrol pemerintah terhadap industri kelapa sawit karena selama ini industri perkebunan kelapa sawit seolah memiliki “hukum” sendiri di luar hukum negara Indonesia. Juga kontrol yang lebih ketat untuk mendukung pelestarian lingkungan dan ekonomi setempat, agar lebih sehat bagi lebih banyak masyarakat lokal, hutan, dan lebih berkelanjutan,” kata Roby.
Navicula akan merilis lagu “Orangutan” di acara Suara untuk Alam II, inisiatif WALHI Bali. Acara “Orangutan – Suara untuk Alam II” akan berlangsung di Seaman’s Club, Sanur, 17 Desember 2011. Sebagai bagian dari acara ini akan ada lelang seni bertema orangutan, workshop cukil kayu, dan penampilan band Nosstress, Geekssmile, Balian, dan Navicula. Dana yang terkumpul di acara ini akan disumbangkan ke WALHI Bali dan lembaga yang aktif di bidang konservasi orangutan.
Selama satu minggu, mulai tanggal 17 Desember, lagu “Orangutan” dapat diunduh secara gratis di Akarumput.com.
Pingback: Golden green grunge for rare red orangutans | Under The Banyan
Pingback: Golden Green Grunge for Rare Red Apes: Navicula Borneo Tour | Green Kampong - Inspiring a greener today